Kebutuhan versus Keinginan

Arya (8 yo) punya banyak sekali keinginan. Dia sempat merengek-renhek ingin dibelikan motor minicross seharga 4 juta-an, ingin punya otopet terbaru seharga kurang lebih dua juta, masih ingin menambah koleksi senjata nerf-nya, dsb. Kadang saya sampai pusing mendengarkan ia menyebutkan keinginan-keinginannya itu setiap ada kesempatan.

Keinginan yang lebih jauh lagi, juga ada. “Besok kalo aku udah besar, rumahku tingkat tiga, mobilku ada 4. Ada mobil hiace buat pergi bareng-bareng keluar kota, ada pajero sport buat aku, ada mobil kecil buat ibu, ada mobil ranger buat pergi.” katanya tadi siang disela obrolan santai kami.

“Wah, banyak sekali… Kalo mas athar gimana mas ? Kamu besok pengen pake mobil apa ?” tanya saya pada kakaknya. Saya ingin tahu bagaimana sang kakak memandang keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya. Karena saya pikir, obrolan ini bisa menjadi pintu masuk yang bagus untuk menjelaskan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.

“Aku pengen rumah didesa aja, dari bambu. Mobilnya satu aja…” sahut Athar.

Dari sini kemudian kami berdiskusi tentang pentingnya menentukan kebutuhan, bukan sekedar keinginan.

“Sebenarnya mobil satu saja sudah cukup bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Mengapa harus beli mobil dengan tipe yang berbeda-beda padahal jarang dipakai.” Saya mencoba menjelaskan menggunakan pernyataan mereka sendiri. “Menurutmu kenapa Arya ? Kenapa orang membeli mobil bermacam-macam padahal sebenarmya yang dia butuhkan cuma satu saja cukup.. ”

“Ya karena pengen aja.” Jawab Arya.

“Nah itu dia. Hanya karena menuruti keinginan, orang bisa membeli barang lebih dari yang dia butuhkan.”

Obrolan hari ini, cukup sampai disitu saja. Masih perlu diulang-ulang dengan contoh yang berbeda-beda sehingga bisa terpahami benar dan akhirnya bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Membantu anak mengambil keputusan untuk menentukan kebutuhan, bukan keinginan.

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar